Selasa, 03 Februari 2009

kaltengku

BEBERAPA PENGGAL TENTANG DAYAK
KALIMANTAN

By Citra Priski Abadi

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan kehidupan dayak Kalimantan secara terperinci dilihat dari beberapa aspek.Sejarah dayak,geografi dan perubahan kebudayaan dayak yang disebabkan oleh datangnya para imigran,dan perkembangan sektor ekonomi

1.PENDAHULUAN

Makalah ini merupakan hasil dari pengamatan di Kalimantan secara menyeluruh dan khususnya etnis Dayak. Suku Dayak sebenarnya adalah nama kolektif puluhan suku, sub suku dan sub-sub suku. Beberapa kategorisasi digunakan pada masyarakat Dayak, tetapi pada umumnya bisa disebutkan bahwa kelompok induk Dayak terdiri dari Ngaju–Ot Danum, Iban, Punan, Kenyah Kayan, Lun Dayeh dan Land Dayak sebagai kelompok utama di Kalimantan (Avé 1996 : 4). Menurut klasifikasi Mallinckrodt, yang sedikit berbeda dari yang disebut di atas, yakni ada enam suku induk Dayak utama. Kelompok pertama, Kenya – Kayan – Bahhau, yang pada umumnya mendiami daerah Kalimantan Timur. Kedua, suku Ot Danum mendiami Kalimantan Tengah. Ketiga, suku Iban tinggal di daerah Malaysia Timur, Sabah dan Kalimantan Timur. Keempat, kelompok Murut, yang pada umumnya di Malaysia Timur, bagian Sabah dan bagian utara Kalimantan Timur. Kelima, kelompok Klemantan, juga sering diklasifikasikan sebagai Dayak Darat yang tinggal di Kalimantan Barat dan keenam, kelompok Punan yang pada umumnya tinggal di pedalaman Kalimantan.
Dewasa ini khususnya dimana-mana kebudayaan di dunia berubah dengan cepat. Pada waktu dahulu hanya manusia yang masuk secara fisik dan membawa hal abstrak seperti ilmu, bahasa, filosofi, kepercayaan atau hal konkret seperti perhiasan, kain, senjata, makanan dan lain-lain, ke daerah tradisional, dapat mengubah kebudayaan. Berbeda dengan saat ini, orang tidak perlu sampai ke sana secara fisik. Transfer ilmu, tingkah laku manusia dan transfer sikap dari luar sebenarnya lebih mudah terjadi. Hal-hal baru bisa didengar dan ditonton melalui radio atau televisi. Pengaruh atau transfer hal tersebut dengan radio luar biasa, tetapi pengaruh televisi lebih luar biasa lagi.
Salah satu alasan menulis makalah tentang masyarakat Dayak adalah untuk mengetahui sifat-sifat kebudayaan tradisional yang masih dimiliki dan dilihat atau dialami secara intensif oleh generasi paruh baya dan generasi yang lebih tua, sebelum ilmu dan hidup mereka hanya bisa ditemui di perpustakaan saja.

2.PEMBAHASAN
SEJARAH, GEOGRAFI ,SOSIAL DAN EKONOMI
2.1 . SEJARAH
Suku Dayak dikatakan sebagai salah satu kelompok etnis tertua di Kalimantan. Menurut mitos,nenek moyang orang Dayak berasal dari Kalimantan. Catatan sejarah tentang orang Dayak sebelum tahun 1850 sebenarnya sangat nihil, dan orang Dayak sendiri hanya mempunyai sejarah lisan. Ada beberapa hipotesis dari para ahli, seperti dari Kern dan Bellwood yang menunjukkan bahwa orang pada zaman sekarang di Nusantara mungkin berasal dari Yunan, Tiongkok yang datang ke Nusantara secara bergelombang beberapa milenium sebelumnya. Pada tahun 1938 ditemukan tengkorak Homo Sapiens yang berumur sekitar 38.000 tahun di salah satu gua di Niah, yang terletak di pantai utara Sarawak. Tengkorak itu mirip tengkorak suku Dayak Punan pada zaman sekarang (Avé 1996 : 6).
Menurut Sellato (2002 : 128) aktivitas orang Dayak sebenarnya beradaptasi dengan lingkungannya dan juga tergantung sosialisasi dengan suku tetangganya. Dia berpendapat bahwa kelompok nomaden, hunter and gathers, yang tinggal di pelosok secara pindah-pindah, dan juga tinggal jauh dari kelompok lain mereka senantiasa berswadaya. Kelompok Dayak lain juga beradaptasi dengan lingkungannya tetapi mereka tidak berswadaya secara menyeluruh seperti kelompok yang disebut di atas. Ada juga kelompok ketiga, yang berasimilasi total dengan pendatang baru, mereka tetap bertani dan membudidayakan binatang-binatang tertentu dan mungkin juga mengadopsi bahasa dari imigran sekitarnya.
Bahasa Dayak menurut para ahli linguistik diklasifikasikan sebagai Malayo Polynesia dari keluarga bahasa Austronesia (www.ethnologue.com : 2004). Menurut hipotesis Adelaar, Borneo dilihat sebagai homeland, daerah asal, bahasa Malay(ic) (Adelaar 2004 : 4). Ada ahli bahasa lain yang berpendapat bahwa homeland bahasa Malayic berada sekitar 100 kilometer.
dari hulu sungai Sambas, tetapi pendapat itu harus dipertimbangkan dengan hati-hati, karena belum cukup data yang mendukung hipotesis itu, menurut Adelaar. Walaupun ada persamaan keluarga bahasa, namun tidak harus memiliki persamaan etnis. Belum cukup temuan arkeologis yang didapat untuk membuktikan asal usul orang Dayak. Hipotesis-hipotesis dan tulisan tersebut di atas hanya mengindikasikan bahwa suku Dayak sudah lama berada di Kalimantan.
Tampaknya sekitar abad ke-11 suku Melayu masuk (atau kembali) ke Sambas, Mempawah, Sangga, Sintang dan kemudian menyebar ke tempat lain. Menurut pendapat umum agama Islam menyebar ke Kalimantan sekitar abad ke-15. Ini menunjukkan bahwa Islam masuk setelah orang Melayu dan Jawa membawa unsur-unsur agama Hindu dan budaya dari zaman Sriwijaya dan juga dari zaman Majapahit ke Kalimantan. Salah satu Kerajaan Hindu tertua di Kutai didirikan sekitar abad keempat, tepatnya di Kalimantan Utara. Disebutkan bahwa di candi Borobudur ada gambar laki-laki dengan telinga panjang yang sepertinya menggunakan sumpit yang panjang. Relief ini mungkin melukiskan orang Dayak (Avé 1986 : 13). Menurut Kühr (1995 : 53) dewa-dewi orang Dayak yang tinggal di pinggir sungai Kapuas, sebenarnya diberi nama dewa-dewi Hindu-Jawa yang didayakkan seperti; Petara (Batara), Jubata (Déwata) dan Sengiaug (Sang Hyang).
Di samping back migration (merantau kembali) orang Melayu, bangsa Tionghoa berlayar ke pantai Asia Timur pada abad ketiga untuk perdagangan dan kembalinya melalui Kalimantan dan Filipina dengan memanfaatkan angin musim. Bangsa Tionghoa adalah kelompok etnis yang cukup penting dalam sejarah Kalimantan, sehingga sejarah mereka penting disorot.
Sekitar abad ketujuh orang Tionghoa mulai menetap di Kalimantan tetapi mereka tetap bercorak Cina dan hubungan dengan negeri leluhur mereka selalu dipelihara. Pada tahun 1292 pasukan Kubilai Khan dalam perjalanannya untuk menghukum raja Kertanegara dari Majapahit di Jawa singgah di pulau Karimata yang terletak tidak terlalu jauh dari Pontianak.
Kawasan tersebut termasuk jaringan lalu lintas rute pelayaran dari daratan Asia ke Asia selatan. Pasukan Tar-tar dari Jawa menderita kekalahan total dalam pertempuran dengan pasukan Kubilai Khan. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar pasukannya lari dan menetap di Kalimantan karena mereka takut dihukum oleh pejabat Kubilai Khan yang masih ada di Jawa.
Agama Islam di Kalimantan juga ikut disebarkan oleh orang Tionghoa. Pada tahun 1407 berdiri perkumpulan masyarakat Tionghoa Hanafi yang menganut Islam di Sambas. Laksamana Cheng Ho seorang Hui adalah penganut Islam dari Yunan yang atas perintah Cheng Tsu dan anak buahnya masuk untuk menguasai daerah tersebut. Dia menetap di sana dan menikah dengan penduduk setempat, serta menyebarkan agama Islam kepada penduduk lokal.
Pada tahun 1609 Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang aktif dari tahun 1602-1799 menjalin peniagaan dengan kerajaan Sambas, yang pada waktu itu masih di bawah kedaulatan kerajaan Johor. Dalam waktu yang relatif pendek perselisihan terjadi dan beberapa orang Belanda dibunuh oleh masyarakat Sambas. Pada tahun 1612 tindakan pembalasan oleh VOC terjadi, sebuah kampung di Sambas juga dibakar.
Pada abad ke-17 sudah ada dua rute laut dari Cina melalui Indo-Cina ke Nusantara. Pertama yang terus ke Malaya dan pantai Sumatra Timur lalu ke Bangka-Belitung serta pantai Kalbar, terutama Sambas dan Mempawah. Rute laut kedua melalui Borneo Utara terus ke Sambas dan pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu.
Pada tahun 1745 gelombang besar masyarakat Tionghoa datang dengan persetujuan Sultan Sambas untuk membuka tambang-tambang emas. Pada waktu itu sepertujuh produksi emas dunia diperkirakan berasal dari Kalbar. Orang Tionghoa membentuk kongsi di Montrado dan di Mandor, kongsi itu semakin lama semakin kuat. Perkongsian itu menetap di daerah tersebut dan wajib membayar upeti kepada sultan Melayu. Pembayaran itu mengakibatkan sultan memberi izin kepada orang Tionghoa untuk mengatur daerah sendiri, seperti urusan pemerintahan lokal dan punya pengadilan sendiri. Orang Dayak yang tidak merasa cocok dengan kekuatan orang Tionghoa berpindah ke luar daerah kekuasaan kongsi tersebut.
Gelombang perantau baru dari Tiongkok masuk karena hidup di Kalimantan aman dan ada cukup kesempatan untuk mencari emas, intan, perak dan juga karena tanahnya cukup subur. Pada tahun 1777, orang Tionghoa dari suku Tio Ciu dan suku Khe yang mencari emas di Mandor dan Montrado mendirikan Republik Lan Fong di Mandor, enam tahun setelah kota Pontianak didirikan. Pada umumnya hanya laki-laki Tionghoa yang merantau, ini dikarenakan mereka cepat berbaur dan bisa memperistri wanita Dayak atau Melayu. Kelompok Tionghoa cepat berkembang sehingga jumlah mereka mencapai 30.000 jiwa. Pada waktu itu, setelah mereka berkembang mereka berani melawan pemerintahan sultan. Beberapa pertempuran terjadi antara kongsi-kongsi dan pangeran dari Sambas.
Pada tahun 1818 bendera Belanda dikibarkan di Sambas dan atas alasan perjanjian Belanda dengan Sultan, kepala-kepala Tionghoa sebenarnya berada di bawah kekuasaan Belanda. Setelah beberapa pertempuran berat terjadi, kekuasaan kongsi-kongsi Tionghoa dibubarkan di seluruh daerah Kalimantan Barat dan Republik Lan Fong Mandor yang berkuasa selama 107 tahun dan Republik Montrado yang berkuasa selama 100 tahun diakhiri (Lontaan 1975 : 256).
Sekitar 18 bulan setelah G30S meletus di Jawa, yang menyebabkan Soeharto menjadi pemimpin Indonesia, orang Dayak mengusir sekitar 45.000 jiwa Tionghoa dari pelosok dan membunuh ratusan jiwa Tionghoa, sebagai aksi politik untuk mengimbangi masalah pada zaman dahulu (Schwarz 2004 : 21). Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah kolonial mempengaruhi kehidupan orang Dayak, dan juga bahwa sejarah orang Tionghoa, Melayu dan Dayak sangat terjalin.
Apa yang sudah disebutkan di atas, orang Melayu masuk dari Sumatra dan dari Semenanjung Malaka sekitar abad ke-11 atau ke-12 dan berbaur dengan orang Dayak. Pada umumnya mereka mendiami daerah pinggir laut dan menjadi perantara orang luar dan orang Dayak yang ingin menukar atau menjual hasil hutan. Orang Melayu juga berbaur dengan keturunan orang Jawa yang sudah masuk sebelumnya. Seorang Ratu dari keturunan Hindu Majapahit yang memerintah daerah Sambas pindah ke agama Islam untuk memudahkan perniagaan dan mengembangkan hubungan baik dengan Johor dan Brunei yang sudah masuk Islam. Dewasa ini istilah Melayu digunakan sebagai kontras Dayak dengan Melayu. Istilah Melayu tidak digunakan sebagai referensi etnis tetapi sebagai referensi Islam kontras non-Islam. Peningkatan jumlah besar orang Melayu di Kalimantan disebabkan oleh orang asli atau Dayak yang memeluk Islam dan bukan karena jumlah besar orang Melayu yang merantau ke Kalimantan. Orang Dayak yang memeluk Islam tidak berarti bahwa mereka selalu memeluk secara penuh tetapi mungkin hanya secara nominal.
Pada zaman dahulu, orang Dayak yang tidak mau dikuasai oleh suku lain terdesak dari pantai ke pedalaman Kalbar. Tergantung kekuatan suku Dayak tertentu, mereka membayar upeti atau tidak. Upeti dibayar dalam bentuk hasil hutan kepada sultan yang dibawa dengan sampan oleh pedagang Melayu ke hilir, ke pusat perdagangan di pinggir laut. Ada juga suku Dayak yang bertahan yang disebut “Dayak merdeka” dan mereka tidak dikuasai langsung oleh kerajaan Melayu pada zaman dahulu.
Aktivitas perniagaan menyebabkan aspek baru muncul seperti pembayaran dengan uang atau membayar dengan kredit atau pinjaman dengan jaminan. Institusi sejenis “budak hutang” (pandeling) muncul sebagai jaminan diri sendiri terhadap hutang yang ada, setelah mendapat barang perniagaan tanpa menukar dengan duit atau barang hasil hutan (Mallinckrodt 1928 :136). Selama “budak hutang” tidak mengembalikan hutangnya atau tidak mampu melunasi, dia dipaksa kerja untuk orang yang memberi pinjaman atau kreditor. Pada tahun 1892 secara resmi diundangkan penghapusan sistem perbudakan (King 1978 : 27).
2.2. GEOGRAFI, TOPOGRAFI, FLORA dan FAUNA
Antara daratan Asia dan Australia terletak Nusa Tenggara Indonesia termasuk pulau Borneo yang oleh orang Indonesia dinamakan Kalimantan. Nama Borneo mungkin berasal dari nama Brunei dan sering digunakan untuk menamai seluruh pulau sedangkan nama Kalimantan mungkin berasal dari keadaan pulau yang punya banyak kali, banyak mas, dan banyak intan, sehingga menjadi Kalimantan. Menurut beberapa pihak lain mungkin nama Kalimantan berasal dari nama Lamanta. Lamanta adalah sagu dari pohon yang baru ditebang, yang masih mentah. Pada umumnya nama Kalimantan digunakan untuk bagian geografis tanah di bawah pemerintahan Indonesia dan West Malaysia atau nama Borneo untuk bagian di bawah pemerintahan Malaysia.
Daratan Borneo sekitar 750.000 kilometer persegi atau sekitar enam kali lipat daratan Jawa atau lebih besar jika digabung Jerman, Polandia, Belanda dan Belgia.Pedalaman Borneo adalah pegunungan dengan ketinggian sekitar 1000 sampai 1500 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi adalah Kinabalu di West Malaysia dengan tinggi 4175 meter. Kebanyakan sungai besar mengalir dari tengah pulau ke laut dan merupakan sarana penting untuk menghubungkan masyarakat hulu sungai dengan masyarakat di pinggir laut. Ke arah selatan ada sungai Barito dan sungai Kahayan yang bermuara di Banjarmasin. Ke arah barat ada sungai terpanjang bernama Kapuas yang bermuara di Pontianak, yang terletak di garis kathulistiwa. Sungai Rejang bermuara di Sarawak. Di bagian timur pulau Kalimantan ada sungai Kayan dan Mahakam yang mengalir ke kota Samarinda. Pantai Kalimantan merupakan daratan yang sangat rendah dengan tumbuhan bakau (mangrove).
Daerah Borneo yang menjadi bagian teritorial Indonesia di bagi atas empat propinsi:
Kalimantan Barat (Kalbar) dengan luas daratan 146.760 kilometer persegi dan jumlah penduduk yang pertumbuhannya 2,6 juta pada tahun 1980 menjadi 4 juta pada tahun 2004 dengan ibu kota Pontianak.
Kalimantan Tengah (Kalteng), luasnya 152.600 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 1 juta pada tahun 1980 dengan ibu kota Palangka Raya.
Kalimantan Selatan (Kalsel), luasnya 37.660 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk 2,3 juta pada tahun 1980, dengan ibu kota Banjarmasin.
Kalimantan Timur (Kaltim), luasnya 202.440 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk 1,3 juta pada tahun 1980, dengan ibu kota Samarinda.
Adapun bagian teritorial Malaysia terdiri dari dua negara bagian:
Sarawak, luasnya 124.449 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 1,2 juta pada tahun 1980 dengan ibu kota Kuching.
Sabah, luasnya 73.700 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk 0,8 juta pada tahun 1980 dengan ibu kota Kota Kinabalu.
Bagian teritorial dengan kedaulatan sendiri adalah Brunei, luasnya 5.765 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 0,2 juta pada tahun 1980 dengan ibu kota Bandar Seri Begawan.
Garis Kathulistiwa membelah Kalimantan dari Pontianak di sebelah barat sampai ke pantai timur sedikit ke utara dari Samarinda. Hujan di daerah tropis sangat tinggi dengan rata-rata 2500 mm per tahun di selatan-tenggara dan bagian daratan pantai timur. Rata-rata hujan turun sampai 4500 mm per tahun di pedalaman. Suhu rata-rata dari 25ºC sampai 35ºC yang menunjukkan kelembaban tinggi dan menyebabkan banyak tantangan bagi penduduk yang mempersulit pemeliharaan prasarana buatan, seperti jalan, jembatan dan perumahan. Musim hujan lebat yang panjang rata-rata 8 bulan, dari bulan Oktober sampai Mei, dan dari bulan Juni sampai September hujan tidak terlalu lebat. Untuk membangun jalan atau jembatan yang tahan lama perlu keahlian teknik tinggi dan bahan konstruksi yang sesuai dengan kondisi yang sangat korosif.
Hujan lebat juga menyebabkan tanah bekas konsesi PT kayu pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang meninggalkan tanah gundul tanpa pohon sehingga lapisan humus yang sangat tipis cepat hanyut ke sungai dan laut. Pada umumnya tanah tropis yang terdiri dari tanah liat yang tandus dan cenderung asam yang tidak berkapasitas untuk menyimpan banyak bahan gizi, hanya nutrisi lapisan humus yang tipis berguna untuk tumbuhnya hutan lebat dengan jenis pohon Dipterpcarpaceae.
Salah satu jenis kayu kelas satu adalah ulin (Eusideroxylon zwageri), juga dikenal sebagai kayu belian atau kayu besi yang sangat bernilai sebab tahan rayap dan tidak membusuk di tempat yang basah. Meranti, Keruing dan Ramin adalah nama jenis kayu yang terkenal dari keluarga pohon Dipterpcarpaceae, yang berguna sebagai bahan bangunan rumah dan mebel. Di samping kayu juga ada beberapa jenis getah, lateks dan rotan yang dihasilkan, dan buah seperti durian (Durio zibethines) dan buah-buah jenis Artocarpus (nangka dan cempedak). Diversitas flora sangat tinggi, sekitar 5000 spesies pohon sebagian besar dari keluarga pohon Dipterpcarpaceae.
Kalimantan adalah pulau yang dibelah sungai-sungai yang terdapat kelompok ikan yang menjadi pusat hidup manusia dan fauna. Di samping binatang buruan di hutan, sungai juga merupakan sumber makanan besar bagi masyarakat Dayak, seperti ikan, keong dan siput. Pada waktu musim hujan sungai meluap. Pada musim kemarau permukaan air sungai turun yang mengakibatkan kapal sungai tidak selalu bisa dilayari. Keadaan itu mengganggu lalu lintas air sebagai salah satu jalur transportasi terpenting bagi masyarakat hulu sungai. Dari gunung Bawang dan gunung Raya yang letaknya di Kabupaten Bengkayang, ada lima sungai yang mengalir di daerah tradisional orang Kanayatan, seperti; sungai Ledo dan sungai Teriak yang bermuara di Sambas, sungai Menyukee, Mempawah dan Selako yang mengalir ke Landak.
Kalimantan juga memiliki beragam jenis burung. Salah satu burung terkenal adalah Enggang Geding (Rhinoplax Vigil) yang menjadi maskot Kalimantan Barat. Di Kalimantan ada banyak burung yang ditangkap dan ada banyak burung yang dianggap suci. Pada zaman dahulu binatang tersebut tinggal dimana-mana tetapi setelah eksploitasi hutan, burung-burung tersebut, orang-utan dan jenis kera lain cenderung bertahan hidup di taman nasional saja. Salah satu binatang yang terpenting sebagai sumber protein hewani adalah babi hutan (Sus vitatur). Selain itu juga ada rusa (Cervus equimus), dan kijang (Cervulus muntjac) yang ditangkap, akan tetapi jarang karena sekarang tidak ada banyak. Ada juga beberapa macam kera dan binatang lain yang diburu di hutan. Di sekitar gunung Seles ada sejenis beruang yang langka dan hanya terdapat di Kalimantan.
2.3 KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI
Kita harus mengetahui bahwa dewasa ini bahasa dan latar belakang etnis Dayak tidak selalu mengikuti wilayah yang sama. Kadang-kadang kelompok terpisah dari sub suku yang pindah ke daerah lain, karena kesempatan ekonomi atau alasan lain. Masyarakat itu membawa bahasa dan kebudayaan sendiri. Bahasa mungkin berubah sedikit, tetapi budaya dapat berubah dengan cepat sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, ada informan yang mengatakan, bahwa ada kelompok orang Iban yang baru pindah pada waktu Perang Dunia Kedua dari Sarawak ke Kalimantan Barat (Kalbar). Alasan mereka pindah karena hidup di Sarawak terlalu berat dibandingkan dengan hidup di Kalbar khususnya pada waktu Jepang menduduki Borneo. Setelah perang selesai, kelompok Iban tidak kembali ke tempat asalnya. Kelompok utama yang bukan etnis Dayak yang tinggal di Kalbar adalah kelompok etnis Melayu, Tionghoa, Jawa, Bugis, dan Madura.
Pada beberapa dekade terakhir sering ada masalah lingkungan dan masalah etnis di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat yang mendapat perhatian dari media. Banyak terjadi perubahan lingkungan alam secara fisik, tidak hanya disebabkan oleh masalah internal tetapi juga masalah yang berkaitan dengan kondisi kekurangan tanah dan permintaan bahan mentah dari luar Kalimantan. Walaupun kebijaksanaan pada waktu lalu mungkin cukup mantap, sehingga pemerintah mengeluarkan izin kepada perusahaan kayu untuk menebang pohon-pohon, tetapi kebijaksanaan pemerintah belum memperhatikan rencana perusahaan kayu untuk rehabilitasi tanah pada masa yang akan datang. Sekarang, short term thinking pada waktu itumengakibatkan erosi tanah, sehingga tidak subur lagi dan merugikan kesempatan pada generasi muda di Kalimantan.
Hal itu sangat berbeda dari kebijaksanaan petani tradisional yang membuka ladang secara berpindah-pindah. Setiap keluarga Dayak hanya membuka hutan seluas satu atau dua hektar saja, sehingga keseimbangan ekosistem hutan tidak rusak. Abu dari pembakaran hutan menjadi pupuk alami yang mengakibatkan hasil ladang cukup dan lingkungan pertanian kembali subur untuk manusia bertahan hidup di lingkungannya. Sesudah panen padi atau jagung tanahnya bisa dikembalikan menjadi hutan lagi dalam beberapa waktu. Seandainya bekas ladang sudah menjadi hutan dengan pohon yang sudah cukup tinggi, hutan itu bisa dibuka kembali untuk memenuhi kebutuhan primer masyarakat.
Tanaman padi menjadi salah satu faktor esensial pada suku Dayak dalam mewujudkan kebudayaan dan lingkungan hidupnya. Tanaman padi adalah inti dari budaya, pola pikiran dan kosmologi mereka karena keseluruhan hidup berkaitan dengan siklus padi. Seorang informan menyatakan bahwa kalau butiran padi tidak ditanam lagi maka tradisi Dayak bisa terancam punah. Petani ladang gunung atau petani sawah sebenarnya sangat cakap dalam menanam dan memilih bibit padi yang cocok dengan lokasinya. Semua desa memiliki puluhan jenis bibit padi, yaitu beras biasa dan beras ketan, yang ditanam di sawah atau di ladang. Tiap jenis padi mempunyai sifat yang unik, antara lain, tahan hama atau resistensi terhadap serangga, tahan kekeringan, menyesuaikan dengan kondisi kesuburan dan konsistensi tipe tanah. Sifat nasi juga berbeda, ada yang keras ada yang lembut, ada yang aroma wangi dan tidak beraroma.
Di samping suku Dayak, sudah sejak lama ada masyarakat dari luar dengan latar belakang etnis yang berbeda yang masuk Kalimantan. Mereka meningkatkan persaingan dalam mencari nafkah, menggali hasil bumi, seperti emas dan intan, membuka ladang pertanian atau melakukan perniagaan.
Kerusuhan etnis Madura-Dayak yang muncul beberapa tahun lalu, digambarkan secara grafis oleh media. Berita itu mengisi halaman pertama selama beberapa hari di media dunia. Sayangnya berita itu tidak merincikan alasan yang tepat, apa yang menyebabkan tindakan kekerasan dari kedua belah pihak. Dalam berbagai media, latar belakang tindakan tersebut tidak dijelaskan sepenuhnya, hanya pada penderitaan fisik yang mendapat sorotan. Sampai sekarang masalah kerusuhan dan masalah pengungsi yang muncul belum dapat terpecahkan. Bagi masyarakat Madura yang tidak langsung mengungsi ke Jawa atau Madura dikumpulkan untuk sementara di kamp-kamp pengungsi sekitar Pontianak. Baru-baru ini ada rencana untuk membuka daerah bagian selatan dari Pontianak yang letaknya di pinggir laut sebagai daerah transmigrasi baru, yang mudah-mudahan tidak akan menyebabkan masalah keamanan bagi semua pihak pada masa depan.
Tekanan dari luar untuk memenuhi kebutuhan hidup dewasa ini lebih intrusif lagi. Pertama karena tekanan ekonomis memaksa eksplorasi kekayaan sumber daya alam dengan mengonversi yang tumbuh di atas bumi misalnya, kayu hutan hujan menjadi bahan baku pada pabrik plywood serta kilang gergaji. Hutan dan tanah dusun juga dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Kedua, kekayaan dari perut bumi, yakni mineral-mineral digali dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk permintaan pasar dunia. Itu menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat pasca tradisional lebih diprioritaskan dibandingkan kebutuhan masyarakat pra modern. Bahan mentah sebenarnya terletak di “Lebensraum” kelompok tradisional. Sejak lama Kalimantan dilihat sebagai sumber alam yang tidak ada habis-habisnya, padahal sumber itu sebenarnya terbatas.
Permintaan kayu pasar dunia masih kuat, sementara produksi kayu bulat turun karena sulit memperpanjang izin atau menebang pohon secara ilegal. Pada waktu melakukan perjalanan salah seorang penumpang yang bekerja di pabrik kayu plywood memkonfirmasikan keadaan di Kalbar bahwa keperluan bahan mentah pabrik yang memproduksi plywood kurang cukup. Untuk mengatasi masalah bahan baku di Kalimantan ada kayu bulat yang masuk dari Papua. Penebangan pohon untuk kebutuhan komersial tidak terjadi di seluruh daerah Kalimantan. Di lokasi studi lapangan kebanyakan kayunya ditebang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri. Di tempat studi lapangan yang terakhir di Kalimantan Barat, di desa Paham ada beberapa orang Dayak yang menebang kayu untuk permintaan pasar lokal. Mereka adalah kelompok penebang kayu yang masuk hutan memakai sepeda ontel yang rangkanya diperkuat lagi dengan menggunakan kayu supaya bisa mengangkat beban kayu yang berat. Mereka pulang dari hutan dengan membawa papan kayu ke desanya pada waktu sore.
3.PENUTUP
Keutuhan atau berubahnya suatu budaya tidak luput dari faktor internal budaya itu sendiri dan faktor eksternal dari budaya lain.
Kehidupan dayak Kalimantan saat ini sangat heterogen karena dipengaruhi oleh beberapa aspek kehidupan dari beberapa segi baik dari segi sejarah,geografis,ekonomi,perkembangan teknologi informasi dan datangnya para imigran dari luar Kalimantan.Hal ini yang membuat perubahan yang sangat besar di wilayah Kalimantan yang apabila tidak ditanggapi secara positif akan berakibat buruk terhadap keutuhan kebudayaan Kalimantan dan tidak solosi yang baik dalam masyarakat ketika terjadi konflik antar suku.
Oleh karena itu sangat mengharapkan adanya makalah ini menjadi inspirasi kepada kita semua untuk menjaga keutuhan budaya tanpa menjahui kebudayaan lain dan juga tidak terjadinya konflik sosial yang meresahkan kehidupan rakyat Kalimantan dan para imigran yang mencari nafkah di Kalimantan.

DAFTAR PUSTAKA
Andaya, L. Y. 2001, The Search for the 'Origins' of Melayu in Journal of Southeast Asian Studies, Oct p315 Singapore University Press, Singapore

Cassirer, C. 1987, Manusia dan Kebudayaan: Sebuah esei tentang manusia, PT Gramedia, Jakarta

Drs.Wahyu.MS.1986,Wawasan Ilmu Sosial Dasar,Penerbit Usaha Nasional,Jl.Praban No.55,Surabaya

Koentjaraningrat.1990, Sejarah Teori Antropologi I, Universitas Indonesia, Jakarta
______________.1990, Sejarah Teori Antropologi II, Universitas Indonesia, Jakarta

Lontaan J. U 1975, Sejarah – Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Pemda Tigkat I Kalbar, Jakarta

Petebang, E. 2000, Kedaulatan Masyarakat Adat yang Teraniaya, Penerbit Lembaga Belabanua Talino, Pontianak

Prof.Abdulkadir,Muhammad,S.H,2005,Ilmu Sosial Budaya Dasar,Penerbit PT.Citra Aditya Bakti,Jl.Geusan Ulun,No.17,Bandung

Rousseau, J. 1990, Central Borneo, Clarendon Press, Oxford

Radcliff-Brown, A.R. 1980 , Struktur dan Fungsi dalam Masyarakat Primitif, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur

Weintré, J. J. 2001, Krisis Ekonomi Masyarakat Indonesia pada Lapisan Bawah, Studi Lapangan Universitas Muhammadiyah dan ACICS, Malang
___________. 2003, Organisasi Sosial dan Kebudayaan Kelompok Minoritas Indonesia:, Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra, Pusat Studi Kebudayaan UGM

Tidak ada komentar: